Tantangan dan persaingan dunia saat ini terlihat sangat ketat, mengatasinya? Ketahanan diri adalah salah satu kunci jawabannya.
Ketahanan diri mencerminkan keuletan dan ketangguhan yang perlu ditumbuhkan kembangkan di dalam diri seseorang atau pada suatu bangsa ( kekokohan dan keuletan ).
Penyelidikan jati diri dimulai dari pribadi sampai dengan seluruh bangsa, sebagi satu strategi strategis untuk dapat hidup sejahtera dan aman merupakan cara ampuh untuk mengatasi masalah yang memprihatinkan, yang bermuara pada saat terjadinya perundingan.
Mari kita melihat ke daerah yang lebih mengecil, yaitu seorang warga negara yang menjadi pribadi yang memiliki kehidupan sendiri dan mau tidak mau harus bergabung dan membutuhkan pribadi lain untuk membuat kehidupan yang lebih baik. Salah satunya adalah Lingkungan Pekerjaan, Di mana kita dapat diakses satu pribadi dengan pribadi lainnya.
Kondisi kerja dan kesibukan para pekerja saat ini memperbolehkan hiruk pikuk, hal ini tidak harus menghindari cara kita untuk dapat memaknai dan memberikan nilai lebih untuk diri kita sendiri, sehingga teman / rekan kerja, atasan / kerja kerja yang lebih baik dan mereka menjadi yang tidak pasti akan selalu bersama kita.
Sudah terbayangkan bagaimana indahnya kerja kami jika satu sama lain saling mendukung, menghargai, dan satu hal lagi yang tidak kalah penting adalah berpenampilan menarik baik dari dalam maupun luar. Terkadang dan tutur kata masih kurang penting oleh beberapa kalangan, namun dalam dua hal tersebut yang membuat lingkungan kerja menjadi kondusif. Untuk menanggulangi lingkungan kerja yang kurang kondusif, maka dari masing-masing pribadi dari setiap karyawan harus bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan profesional, dan mengelola diri menjadi pribadi yang tangguh. Beberapa konsep tentang kepribadian akan digunakan sebagai acuan tolok ukur kepribadian yang baik di ranah profesional maupun sosial.
II. Pembahasan
- A.Kepribadian dan Citra Diri
- Kesadaran akan arah (sense of direction)
- Pengertian (understanding)
- Keberanian (Courage)
- Amal atau Memberi (Charity)
KEPRIBADIAN dalam diri individu, baik ataupun buruk, dibentuk oleh beberapa factor. Menurut Roucek dan Warren, sosiolog Amerika, ada tiga faktor manpengaruhi pembentukan kepribadian seorang individu, yaitu faktor biologis/fisik, psikologi/kejiwaan, dan sosiologi/lingkungan.
Faktor biologis/fisik adalah suatu faktor yang timbul secara lahiriah di dalam diri seorang individu. Contoh, seseorang yang dilahirkan dengan cacat fisik atau penampilannya kurang ideal, pasti ia akan rendah diri, pemalu, sukar bergaul, dan sifat minder lainnya. Ataupun sebaliknya.
Faktor psikologi/kejiwaan, adalah suatu faktor yang membentuk suatu kepribadian yang ditunjang dari berbagai watak, seperti, pemarah, pemalu, agresif, dan lain-lain. Contoh, temperamen pemarah jika dipaksa atau didesak untuk melakukan sasuatu yang tidak ia sukai, maka akan memuncak amarahnya.
Faktor sosiologi/lingkungan, adalah suatu faktor yang membentuk kepribadian seorang individu sesuai dengan kenyataan yang nampak pada kehidupan kelompok atau lingkungan masyarakat sekitarnya tempat ia berpijak. Contoh, seseorang yang lahir di lingkungan yang penuh solidaritas, pasti orang tersebut akan mempunyai kepribadian solider atau sikap pengertian terhadap sesama.
Ada pepatah mengatakan, “Jika kita hidup di kehidupan yang nyata dan jika menyelaminya pasti akan terbawa arus”. Jadi, jika seseorang hidup dalam beberapa factor pendukung pembentukan kepribadian tersebut, baik faktor tersebut memenuhi syarat maupun tidak, pasti sangat berdampak pada terbentuknya kepribadian individu tersebut.Lingkungan Pertama Utama. Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tua, saudara-saudara, serta mungkin kerabat dekat yang tinggal serumah. Melalui lingkungan pertama, anak mengenal dunia sekitar dan pola pergaulan sehari-hari. Agar proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian anak menjadi baik, lingkungan pertama, khususnya orang tua, harus mengusahakan agar anak-anaknya selalu dekat dengan orang tua; memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar, sehingga jiwa anak tidak merasa tertekan; mendorong anak agar dapat membedakan yang benar dan salah, yang baik dan buruk, yang pantas dan tidak pantas; memperlakukan anak dengan baik; dan menasihati anak-anak jika melakukan kesalahan atau kekeliruan. Berhati-hatilah dalam membimbing anak. Sebab, apabila terjadi sesuatu yang berbeda dengan hal-hal itu, anak-anak akan mengalami kekecewaan. Sebuah kekecewaan yang bisa jadi begitu mendalam. Rasa kecewa ini bisa terjadi lantaran orang tua kurang memperhatikan anak-anaknya, karena terlalu sibuk; orang tua terlalu memaksakan kehendak dan gagasannya kepada anak dengan ancaman sanksi, sehingga akan dirasakan oleh anak cukup berat, dan akhirnya anak akan menjadi tertekan jiwanya
Saat anda melihat seseorang dari dekat, apa yang anda lihat atau perhatikan? yang anda lihat atau perhatikan tentunya adalah penampilan seseorang dan juga sikap dan perilakunya, bukan?, Soegianto Hartono pelatih dan konsultan citra diri sukses, mengungkapkan bahwa apa yang anda lihat dari seseorang, itulah citra diri seseorang suatu gambaran mengenai bentuk fisik seseorang termasuk penampilannya, dan juga mengenai kepribadiannya. Demikian sebaliknya orang lain akan melihat diri anda dari dua sisi ini juga. Lewat pandangan yang bersumber dari citra diri inilah seseorang menilai siapa diri anda, apakah anda adalah seseorang yang layak untuk dijadikan rekan bisnis, teman, pacar, suami atau istri dan sebagainya. Apakah orang-orang di sekeliling anda suka untuk mendekatkan diri dengan anda, atau bahkan menjauhkan diri dari anda, juga tidak terlepas dari citra diri anda ini.
Bila anda mempunyai suatu citra diri yang baik dan positif, tentunya akan lebih banyak orang yang ingin bersahabat dengan anda, atau mendekatkan diri dengan anda. sebaliknya bila anda menampilkan suatu citra diri yang kurang baik dan negatif, sudah pasti anda akan kesepian, karena banyak orang yang menolak untuk berdekatan dengan anda.
Untuk mengenali citra diri anda, sudah selayaknya anda memiliki kesadaran dalam pengertian kepekaan terhadap lingkungan dan termasuk diri anda sendiri. Anda harus sadar apakah penampilan anda dan juga sikap dan perilaku anda itu berdampak positif dan bermanfaat bagi orang lain atau malah sebaliknya membuat orang lain sebel bertemu dengan anda. untuk membangun kesadaran ini terlebih dahulu kita harus sesering mungkin melihat kedalam diri kita sendiri, dan memperhatikan dampak-dampak pada hubungan dan komunikasi yang kita sampaikan terhadap respons dari orang lain. Dari sinilah kesadaran anda akan meningkat. Kalau anda memiliki kesadaran yang tinggi, anda akan mudah untuk menyesuaikan diri dan melakukan perbaikan-perbaikan terhadap citra diri anda, sehingga di kemudian hari anda dapat memperbaiki hubungan-hubungan dan komunikasi dengan orang lain lebih baik dan lebih dekat serta mendapatkan respons yang positif.
Maxwell Maltz dalam bukunya yang berjudul “The New Psycho-Cybernetics” (2004) memberi resep tentang gambaran kepribadian sukses, dengan rumusan akronim yang mudah diingat yaitu : SUCCESS. Berikut ini prinsip-prinsip yang diberikannya, yang mungkin akan berguna sebagai bahan refleksi.
Bagaimana mungkin anda sukses kalau anda sendiri tidak tahu arah kemana anda ingin tujuan. Sebagai orang yang sukses tentu memiliki tujuan yang realistik, jelas, pasti dan di yakini dengan segenap hati. Kalau saat ini anda belum tahu apa yang ingin anda tuju, sebaiknya anda menanyakan kepada diri anda sendiri : “Apa yang saya inginkan?”, “Apa yang ingin saya capai?”, “Kemana saya ingin menuju?”.
Dengan mengajukan pertanyaan ini, anda akan tersadarkan dan mulai menelusuri apa yang menjadi minat atau keinginan hati anda.
Setelah anda mengetahui apa saja yang anda inginkan, tetapkan sasaran anda dan mulailah untuk bertindak.
Komunikasi yang baik secara tidak langsung akan menghasilkan pengertian yang baik. Anda tidak akan bereaksi tepat kalau informasi yang Anda tindaklanjuti itu keliru dalam mengartikannya.Untuk mengatasi suatu masalah secara efektif Anda harus mengerti sifat sejatinya. Kebanyakan kegagalan kita dalam berhubungan antar manusia adalah karena salah pengertian. Kita berharap orang lain beraksi dan memberikan respons serta mencapai kesimpulan yang sama seperti kita dari serangkaian fakta atau keadaan.
Manusia bereaksi terhadap gambaran mental mereka sendiri, bukan terhadap segala apa adanya. Kebanyakan reaksi atau posisi orang lain itu bukanlah dimaksudkan untuk membuat kita menderita, sebagai keras kepala atau berniat jahat, melainkan karena mereka artikan dan mereka tafsirkan situasinya secara berbeda-beda. Mereka hanyalah bereaksi sesuai dengan apa yang bagi mereka tampaknya benar dalam situasinya. Mengakui ketulusan orang lain ketika keliru, ketimbang menganggapnya sengaja atau berniat jahat, akan membantu melancarkan hubungan antar manusia dan melahirkan pengertian yang lebih baik diantara mereka.
Tanyakanlah kepada diri sendiri ”Bagaimanakah hal ini tampaknya bagi dia?” “Bagaimanakah ia menafsirkan situasi ini?” “Bagaimanakah perasaannya tentang hal ini?”. Cobalah mengerti mengapa ia bersikap seperti itu.
Seringkali kita ciptakan kebingungan ketika kita tambahkan opini kita sendiri terhadap fakta-fakta yang ada dan sampai pada kesimpulan yang keliru (fakta versus opini).
Fakta: Dua orang teman sedang berbisik-bisik dan berhenti ketika Anda datang
Opini: Pasti mereka sedang menggosipkan aku (reaksi negatif)
Jika Anda dapat menganalisa situasi secara tepat dan dapat memahami bahwa tindakan kedua teman Anda itu bukanlah dimaksudkan untuk menjengkelkan Anda, maka niscaya Anda pun dapat memilih respons yang lebih tepat dan produktif.
Kita harus dapat melihat kebenaran dan menerimanya, entah baik atau buruk. Seringkali kita warnai data yang diperoleh dengan ketakutan, kecemasan, atau hasrat kita sendiri.
Mempunyai sasaran serta memahami situasinya belumlah cukup. Anda harus mempunyai keberanian untuk bertindak, sebab hanya dengan tindakanlah sasaran itu dapat di ubah menjadi kenyataan. Perbedaan antara orang yang sukses dan gagal bukanlah kemampuan yang lebih baik atau ide yang lebih baik, melainkan keberanian untuk bertaruh atas ide-idenya sendiri, dan mengambil resiko yang di perhitungkan, serta bertindak.Oleh karena itu, pelajarilah situasinya dengan seksama, bayangkanlah dalam imajinasi anda, berbagai alternatif tindakan yang mungkin bagi anda serta konsekuensi-kosekuensi yang mungkin bisa timbul dari masing-masing alternatif tindakan tersebut.
Pilihlah alternatif tindakan yang memberikan janji terbaik dan silahkan anda lakukan. Jangan menunggu sampai segalanya sudah pasti, sebab anda akan terhambat dalam bertindak. Setiap kali anda bertindak, mungkin saja anda keliru. Setiap keputusan yang anda ambil mungkin bisa keliru. Tetapi janganlah sampai hal itu menghambat anda dalam mencapai sasaran yang anda inginkan. Setiap harinya anda harus mempunyai keberanian untuk mengambil resiko membuat kesalahan, menanggung resiko gagal, resiko terhina. Selangkah ke arah yang keliru adalah lebih baik daripada berdiam diri seumur hidup anda. Begitu anda melangkah, anda bisa mengoreksi kesalahan yang pernah anda perbuat. Ingatlah : Otak bawah sadar anda akan memandu anda kalau anda bertindak.
Kepribadian-kepribadian sukses berminat terhadap dan menghargai sesamanya. Mereka menghormati masalah serta kebutuhan sesamanya. Mereka menghormati martabat kepribadian manusia dan memperlakukan sesamanya sebagai manusia, daripada objek belaka. Mereka sadar bahwa setiap orang adalah anak Allah dan individu yang unik yang layak di berikan martabat dan penghormatan.
Memberi adalah Amal, jadi jangan mengharapkan imbalan, berusahalah memberi secara ikhlas, dengan demikian citra diri anda akan meningkat.Memberi ibarat menanam bibit pada sebidang tanah yang subur, dan suatu saat bibit yang anda tanam itu akan tumbuh pohon yang besar dan menghasilkan buath-buah manis.
Jika anda bekerja pada suatu perusahaan, Instansi pemerintah, atau berbisnis baik dalam bidang produk maupun jasa untuk di nikmati oleh orang lain, maka pertimbangkan tiga hal di bawah ini sebagai pemberian sebesar-besarnya sesuai dengan kemampuan anda :
- Memberikan nilai tambah bagi orang lain
- Memberikan peningkatan hidup bagi orang lain
- Memberikan manfaat bagi orang lain
Anda akan mengembangkan citra diri yang lebih baik dan lebih memadai jika anda mulai merasa bahwa orang lain itu lebih berharga. Memperlakukan semua orang dengan hormat adalah amal, oleh sebab itu tidaklah selalu dibalas secara individual dan seketika. Anda tidak bisa memandangnya sebagai transaksi tetapi harus memandangnya sebagai konstribusi Anda terhadap masyarakat
- Harga Diri (Esteem)
- Kepercayaan Diri (Self Confidence)
Penerimaan Diri (Self Acceptance)
- B.Konsep 3 B (Brain, Behaviour and Beauty)
- C.Jati diri yang Bermoral dan Berkarakter
Pribadi yang sukses itu memiliki self-esteem yang sehat, dimana mereka tidak mudah tersinggung, tidak mudah marah, tidak suka mengeluh, tidak suka mengkritik atau menjelekkan orang lain, mampu berlapang hati ketika menghadapi kegagalan serta mampu bersabar dalam menghadapi hambatan.
Memiliki kualitas diri seperti ini di awali dari penerimaan diri sendiri. Sehingga mereka bisa merasa puas dengan keberadaan dirinya serta bisa merasa bahagia dengan diri sendiri. Self-esteem ini tidak bisa di beli dengan uang, tetapi harus di bentuk di dalam diri dan melalui suatu proses pembelajaran yang cukup panjang dengan melibatkan ketekunan dan kesabaran, serta bersedia menerima kepahitan selama proses pembelajaran itu berlangsung.
Pada saat pertama kali memulai sesuatu, kemungkinan besar kepercayaan diri kita kecil karena kita belum belajar dari pengalaman bahwa kita bisa sukses. Oleh karena itu kepercayaan diri dibangun atas pengalaman sukses. Dari tindakan yang pertama kali akan muncul hasil yang menjadi umpan balik untuk melakukan tindakan berikutnya. Setelah beberapa kali kita melakukan tindakan dan hasilnya semakin baik, maka rasa percaya diri itu semakin menguat.
Kepercayaan diri bisa tumbuh bila kita mulai membentuk kebiasaan mengingat sukses-sukses di masa lalu dan melupakan kegagalan-kegagalan di masa lalu. Tidak menjadi soal seberapa sering anda gagal di masa lalu. Yang penting adalah upaya sukses yang seharusnya anda ingat, anda kuatkan, dan anda renungkan.
Perlu kita ingat bahwa setiap kesuksesan yang di raih seseorang tidak terlepas dari bayang-bayang kegagalan termasuk di dalamnya kekecewaan, frustrasi, dan keterhinaan. Kepribadian Sukses menerima segalanya kegagalan beserta kekecewaan, frustrasi, dan keterhinaan yang di alami dengan besar hati.
Penerimaan diri artinya menerima diri kita sekarang secara apa adanya, dengan segala kesalahan, kelemahan, kekurangan, kekeliruan serta aset dan kekuatan-kekuatan kita. Kita harus menyadari kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan kita sebelum kita dapat mengoreksinya. Orang yang paling sedih dan tersiksa di dunia ini adalah mereka yang terus berupaya meyakinkan diri sendiri mau pun orang lain bahwa mereka adalah lain dari apa yang sesungguhnya. Tak ada kelegaan atau kepuasan ketika Anda akhirnya menanggalkan segala kepura-puraan dan bersedia menjadi diri sendiri. Berusaha mempertahankan kepura-puraan bukan saja merupakan tekanan mental yang hebat, tetapi juga akan terus menerus menuntun pada kekecewaan dan frustrasi pada saat seseorang beroperasi di dunia nyata dengan keadaan diri yang fiktif.
Mengubah citra diri tidaklah berarti mengubah diri Anda, melainkan mengubah gambaran mental Anda, estimasi Anda, konsepsi Anda dan kesadaran Anda akan diri. Kita bisa mengubah kepribadian kita, tetapi tak dapat mengubah diri dasar kita. Belajarlah diri Anda apa adanya dan mulailah dari sana. Belajarlah untuk secara emosional mentolerir ketidaksempurnaan pada diri Anda. Penting kita sadari secara intelektual kekurangan-kekurangan kita tetapi janganlah sampai kita membenci diri sendiri karenanya. Janganlah membenci diri sendiri karena Anda tidak sempurna. Tak ada seorang pun yang sempurna dan mereka yang pura-pura dirinya sempurna akan terkurung dalam kenelangsaan. Tidak ada sukses sejati atau kebahagiaan sejati sebelum anda bisa menerima diri sendiri.
Brain atau pikiran merefleksikan pengetahuan yang diperlukan dalam hidup. Brainjuga berkaitan dengan pilihan keahlian yang didalami. Keahlian tersebut membawa seseorang pada perannya saat ini. Penggalian keahlian yang mumpuni mendukung peran signifikan seseorang. Brain lebih bermakna tidak single, melainkan multibidang. Misalnya, seorang guru profesional perlu memiliki pengetahuan subbidang materi ajarnya, penyampaian materi ajar, psikologi anak, strategi memotivasi agar anak berminat mengelaborasi kreatif potensinya, bahasa Inggris, menulis, tahu teknologi informasi, etika, dan masih banyak lagi. Analogi yang kira-kira sama dapat digunakan bagi pekerjaan lain, seperti jurnalis, dokter, petani, pedagang, direktur perusahaan, dan berbagai peran lainnya.
Behavior atau perilaku. Dalam kehidupan, keahlian atau pengetahuan saja tidak cukup. Menurut David Goleman, perlu perilaku yang disebut kecerdasan emosional. Menurutnya, ada empat kompetensi penting yang selayaknya digunakan seseorang. Pertama, mampu membaca emosi diri dan dampaknya terhadap orang lain. Kedua, mampu mengontrol emosi serta beradaptasi pada perubahan lingkungan. Ketiga, mampu memahami emosi orang lain dan dampaknya terhadap organisasi. Keempat, mampu menginspirasi, memengaruhi, mengembangkan orang lain, serta mengatasi konflik. Refleksi dari kecerdasan emosional tercermin dari sikap yang diambilnya. Mampukah seorang pejabat yang telah bersusah payah dan penuh biaya dalam memperoleh posisi menolak tawaran uang yang dihaturkan dengan sangat sopan dan tampak bebas risiko? Apakah seseorang memiliki kekuatan menahan diri dari narkoba yang ada di tangannya? Apakah seorang siswa bisa menahan diri dari menyontek yang saat itu bisa dilakukannya? Kesanggupan memenangkan nilai-nilai luhur merefleksikan kecerdasan emosional seseorang.
Konsep ketiga, beauty, atau kemenarikan personal. Tanpa menafikan kodrat, penerimaan diri adalah refleksi damai diri atas berkah Ilahi. Optimalisasi potensi diri secara personal dapat meningkatkan kualitas interaksi. Kemenarikan personal dapat digali dengan berbagai cara. Misalnya, penggunaan ekspresi wajah; gerak tubuh yang meliputi cara duduk, berjalan, dan bersalaman; pengaturan jarak; penggunaan suara yang tepat; serta kemenarikan fisik, seperti kebersihan tubuh dan penampilan sesuai konteks. Ketiga konsep tersebut menarik. Namun, realitasnya, sistem pendidikan formal di Indonesia cenderung kurang mewadahi ketiga konsep itu secara komprehensif.
Menurut Leila Mona Ganiem, pendidikan formal cenderung membahas brain dan sedikit bahasan behavior. Di pendidikan informal semacam training, pengembangan pribadi lebih menekankan beauty dan sedikit bahasan behavior. Mengacu pada tingginya kebutuhan merekonstruksi kurikulum yang menjembatani terciptanya manusia Indonesia yang mengerti budayanya dan memiliki karakter tangguh.
Sungguh memprihatinkan bila mendengar bangsa indonesia tidak memiliki jati diri serta nilai-nilai budaya yang menurun, karena jati diri seseorang akan membedakan dirinya dari orang lain. Demikian juga jati diri suatu bangsa akan membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.
Sebagai Doktor Ilmu Komunikasi dan konsultan pengembangan pribadi, Leila Mona Ganiem mengungkapkan bahwa sebuah tulisan berjudul 'Pendidikan Budaya dan Karakter Menurun' (
Republika, 18 Januari 2010) mengusik perasaannya. Nilai-nilai budaya, seperti tata krama, etika, kreativitas, keteguhan hati, tangguh, pantang menyerah, bangga terhadap budaya sendiri, berjuang dan berprestasi dengan optimal, serta nilai-nilai luhur lainnya, kian langka kita temukan. Urgensi yang muncul dari realitas ini adalah kebutuhan akan pribadi manusia Indonesia yang berbudaya dan berkarakter tangguh.
Dalam menghadapi situasi dan kondisi seperti diatas khususnya kondisi saat ini, maka penyemaian jati diri merupakan suatu upaya strategis dan konseptual yang paling meyakinkan. Jati diri seorang pribadi atau bangsa akan tercermin dari penampilan rasa, cipta serta karsa atau sistem nilai (value system), sikap pandang (attitude), dan perilaku (behavior) yang dimiliki. Menurut Soemarno Soedarsono (1999), ada berbagi unsur yang dapat dipertimbangkan sebagai landasan jati diri untuk dicoba di gali dari kehidupan nyata dalam upaya memelihara nilai-nilai intrisik kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara:
- Refleksi hati nurani merupakan cerminan sikap seseorang yang tidak berhenti-henti mencoba dan mencari tumpuan hati. Kecerdasan Emosi (EQ) merupakan elemen sangat penting di samping kecerdasan otak (IQ). Seseorang dengan IQ tinggi tanpa di dukung kecerdasan emosi yang memadai, cenderung akan menemui kegagalan dalam hidupnya. Ia harus lebih memahami hati nurani, membina, dan menggunakannya secara tepat.
- Keramahan yang tulus dan santun adalah suatu realita dalam kehidupan di daerah pedesaan. Alangkah baiknya apabila realita ini dapat dibudayakan kembali secara nasional.
- Ketakwaan kepada Tuhan YME, sesungguhnya telah mengakar kuat, walaupun seringkali dikaburkan dan kurang dihayati seperti yang seharusnya.
- Keuletan dan ketangguhan merupakan unsur yang sangat menentukan dalam meraih keberhasilan. Tanpa kedua hal ini, Indonesia dipastikan belum dapat menikmati kemerdekaan pada tahun 1945.
- Kecerdasan yang arif merupakan suatu pendapat obyektif tentang bangsa Indonesia. Kita bukan bangsa yang bodoh, bahkan sebaliknya dapat dikategorikan potensial. Tidak sedikit putri-putri Indonesia yang telah membuktikan prestasi memuaskan dalam bidang pendidikan baik didalam maupun di luar negeri.
- Harga diri merupakan budaya tua dan luhur, yang diwariskan secara turun-temurun dan dimiliki bangsa Indonesia. Kenyataan ini selayaknya di pertahankan dan menjadi tumpuan jati diri bangsa.
Dengan pemahaman ini maka jati diri adalah bukan sekedar perbedaan antara seseorang atau suatu bangsa dengan yang lain secara lahiriah semata, tetapi lebih menekankan pada eksistensinya atau kesadaran manusia selaku obyek yang diciptakan oleh sang pencipta.
Untuk menjadi pribadi yang efektif, seseorang harus mampu memadukan kompetensi dan karakter atau watak. Sebagai pribadi, dia dapat berperan secara efektif bila mampu menampilkan dengan baik dan benar siapa sesungguhnya dirinya (who he/she is) dan apa yang dapat dilakukannya (what he/she can?)
III. Penutup
Citra diri seseorang merupakan suatu gambaran mengenai bentuk fisik seseorang termasuk penampilannya, dan juga mengenai kepribadiannya. Menjadi pribadi profesional perlu membangun diri dengan kesungguhan, disiplin, kinerja yang baik dan manajemen diri yang berkualitas Mengubah citra diri tidaklah berarti mengubah diri Anda, melainkan mengubah gambaran mental Anda, estimasi Anda, konsepsi Anda dan kesadaran Anda akan diri. kepribadian yang kuat adalah kualitas pribadi yang melandaskan dirinya pada : memiliki percaya diri dan berpegang teguh pada prinsip hidup; sikap mandiri meski tetap mendambakan kebersamaan; berjiwa dinamis, kreatif serta pantang menyerah; visi untuk lebih mengedepankan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi.
Agar dapat tampil sebagai pribadi yang efektif, sejak dini, perlu di semai, dibina, dan dimantapkan. Keefektifan ini hanya dapat dicapai bila didukung kompetensi dan karakter sebagai satu kesatuan. Dalam pendidikan formal dan informal perlu diterapkan konsep perilaku (hubungan) dengan pembahasan yang lebih banyak. Karena pendidikan formal lebih banyak membahas konsep otak , dan informal atau pelatihan lebih banyak membahas konsep kecantikan .#
Terimakasih telah membaca, dan jika anda mau melanjutkan untuk berbelanja silahkan klik logo toko yang anda sukai di samping. 😊🙏
Comments
Post a Comment